Di simpan diatas lemari
Rindu ini menari - nari
Menanti sang pujaan hati
Sebuah Penantian
Malam beranjak kian larut, seiring purnama yang tersenyum penuh
rona keindahan yang menyusup di balik jiwaku yang dirambati resah, sang purnama
bersinar memancarkan cahaya kuning keemasan, seolah memberi secercah sinar ke
dalam hatiku, namun entah mengapa seolah hatiku tak bisa berdamai. begitupun
dengan hatiku yang kian di landa resah. ya… resah karena menanti… telah satu
jam aku menunggu namun dia tak kunjung menunjukkan tanda tanda kehadirannya,
bahkan nomor hp nya pun tak bisa di hubungi. ku lihat jam tanganku, hmmm..
sudah jam 10 malam, dia telah terlambat satu jam lebih dari waktu yang
dijanjikan…
Aku telah menghabiskan segelas cokelat panas yang merupakan
minuman favoritku, telah enam batang rokok yang kujadikan teman sembari
menunggu kedatangannya, namun firasat akan kedatangannya entah mengapa tak
terbersit sama sekali di hatiku, kupandangi tempat yang telah dijanjikannya
untuk bertemu ini dengan perasaan yang tak menentu, lampu berkelap kelip
menambah indah lukisan malam, angin yang semerbak membawa nyanyian sendu. telah
beribu kenangan indah yang tercipta antara aku dan dirinya, kini lukisan
kenangan itu menjelma menari nari di memori ingatanku. saat saat pertama
bertemu dulu di sini… saat saat aku mulai merajut hari bersamanya, saat saat
aku menghapus air mata lukanya, saat ceria mewarnai rindu yang menjerat kalbu.
tak terasa aku telah dalam tenggelam di ceruk kenangan.
Ku lihat jam kini telah menunjukkan pukul 22.45. hatiku kian
gelisah harap harap cemas, mengapa dia tidak mengabariku jika memang dia tak
bisa datang, mengapa malah nomornya tidak aktif, mengapa… mengapa…? apa dia
lupa? bukankah dia yang mengajak untuk bertemu malam ini, di tempat ini… ah..
mungkin benar dia lupa (sanggah hatiku untuk berbaik sangka padanya), tapi
benarkah? bagaimana kalau… aku segera menepis persangkaan burukku padanya.
terjadi peperangan batin di hatiku, aku semakin di landa gelisah.
Perlahan lagu mengusung rindu-nya spin band mengalir syahdu dari
earphone ditelingaku: “sayu hati… sayu sekali.. melihat engkau berpimpin tangan
dengan sidia… sakit hati, sakit sekali..apabila cinta yang aku beri tak
dihargai…”
Karena malam semakin larut, sedang purnama telah meninggi bertahta
disinggasananya sambil memancarkan sinarnya yang kuning keemasan. alam yang
indah ini kulalui dengan hati yang gundah tak tercegah, sungguh tersiksa aku
dibuatnya. ku coba menghubungi no hp nya, masih tidak aktif. ku coba mengirim
sms padanya, tertunda… ah…
ku lihat sekeliling keadaan mulai sepi, tinggal beberapa pasangan
yang masih asik bercanda di bawah sinaran rembulan. entah apa yang ada di
pikiran mereka (bahagia tentunya ya..?). beberapa pasangan yang lewat di
depanku memandang dengan heran, mungkin aku di kira orang gila karena duduk sendirian
hanya bertemankan asap rokok… hemmm, entahlah, aku masa bodo dengan persepsi
mereka terhadapku.
Ahirnya kuputuskan untuk pulang, karena aku menganggap penantianku
sepertinya akan sia sia belaka. ku ayunkan langkah dengan gontai. sejenak ku
pandang sang rembulan, dia masih saja memberikan senyumnya yang indah untukku.
atau hanya senyum kasihan terhadapku.. entahlah…
Sebelum pulang ke rumah aku sengaja untuk jalan jalan malam, untuk
sedikit untuk menenangkan hatiku yang berkecamuk dengan seribu prasangka. ku
pacu kuda besiku dengan santai sambil menghayati suasana malam yang mulai
lengang. tiba tiba sesosok yang ku kenal ku lihat duduk di sebuah taman, dia
berdua, mereka kelihatan sangat mesra. entah mengapa tiba tiba semua kenangan
itu berpacu di ingatanku, mendobrak segala penghalangnya meski aku mencoba
untuk menghalaunya. tiba tiba aku merasa percuma dengan penantianku, semua
seolah sia sia. ya semuanya sia sia…
Nama :
Isabela
Nomor :
11
Kelas :
XI IIS 2

